![]() |
Salah seorang petani sedang menggarap lahan sawahnya di Nalumsari, Jepara. [klikFakta.com/089] |
klikFakta.com, JEPARA – Anggora komisi VI DPR RI Abdul
Wachid menyebut bahwa produk pertanian dari para petani lokal dan dalam negeri
kalah dari produk luar negeri alias impor. Tidak maksimalnya produk dari petani
lokal akibat proses dilakukan secara manual.
Hal itu seperti yang disampaikan Wachid di sela-sela
penyerahan bantuan di Aula Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Jepara,
kemarin. Hadir dalam kegiatan ini, puluhan gapoktan, perwakilan Dinas Pertanian
dan Peternakan serta jajaran DPRD Kabupaten Jepara.
Menurut Wachid, ada sejumlah kendala terkait sektor pertanian
di dalam negeri. Salah satunya yakni mahalnya biaya produksi dan tak
maksimalnya hasil panenan karena dilakukan secara manual.
Ia mencontohkan proses pemisahan bulir padi saat panen. Jika
menggunakan alat rontokan manual, bulir padi yang hilang bisa lebih dari 10
persen. Namun jika menggunakan alat potong modern maka bulir padi yang hilang
hanya sekitar 2 - 5 persen.
"Ini yang menyebabkan kita kalah dengan produk impor.
Mekanisasi penting untuk menggenjot daya saing, terlebih untuk pertanian dengan
luas 100 hektar," kata Wachid kemarin.
Langkah mekanisasi ini penting, seiring lambatnya regenerasi
petani atau buruh tani. Persoalan ini seperti yang terjadi di Kabupaten Jepara.
Proses menanam atau memanen padi bahkan harus mendatangkan pekerja dari kabupaten
tetangga.
"Ini salah satu faktor yang menyebabkan tingginya biaya
produksi, apalagi kalau pekerjanya sudah berumur. Kalau mekanisasi jalan, lahan
100 hektar bisa digarap 10 orang sehingga lebih murah," ujarnya.
Sementara itu, Kabid Usaha Pertanian Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Jepara Sajima mengatakan mekanisasi ini merupakan bagian
dari rintisan pertanian modern. Pengelolaan alat-alat tersebut diarahkan
melalui usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) yang dibentuk gapoktan. Penggunaan
alat dijadwalkan sesuai kondisi di masing-masing desa gapoktan tersebut.
"Dari pengelolaan itu nanti ada biaya jasa yang bisa digunakan untuk tiga
hal. Yakni biaya operasional, pemeliharaan alat dan kas gapoktan," papar
Sajima.
Sajima berharap akan ada banyak lagi bantuan alat untuk
menunjang upaya mekanisasi pertanian di Kabupaten Jepara. Sebab jumlah alat
yang tersedia memang belum sebanding dengan luas lahan pertanian di Kota Ukir. "Contoh
saja traktor. Idealnya ada 1300 unit, tapi saat ini hanya ada 900 unit,"
katanya. [klikFakta.com/089]